I. PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) berasal dari hutan tropis di Amerika Tengah dan Amerika selatan bagian utara. Produk kakao pada awalnya dibudidaya dan dikonsumsi oleh suku Indian Maya dan Suku Astek (Aztec). Tanaman kakao bagi suku Astek merupakan sebagai bahan yang penting (bahan barter, makanan, dan sebagainya). Pada tahun 1519, Bangsa Spanyol berhasil menjajah suku Astek, kemudian mengambil tanaman kakao dan tanaman tersebut dibawa ke Spanyol untuk dikelola. Selain Bangsa Spanyol, Bangsa Belanda tercatat sebagai perintis penanaman tanaman kakao di Asia (Anonim, 2008).
Dewasa ini tanaman kakao sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Tanaman kakao sebagai bahan makanan favorit, terutama untuk anak - anak dan remaja. Bahan makanan dari kakao mengandung gizi yang tinggi karena didalamnya terdapat protein dan lemak serta unsur - unsur penting lainnya. Faktor pembatas utama konsumsi kakao oleh masyarakat adalah harganya relatif tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lainnya. Produk kakao dihasilkan melalui proses yang panjang.
Pada masa yang akan datang, komoditas biji kakao di Indonesia diharapkan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditas tanaman perkebunan lainnya. Sumbangan nyata biji kakao terhadap perekonomian Indonesia dalam bentuk devisa dari ekspor biji kakao dan hasil industri kakao relatif besar. Usaha tanaman kakao saat ini di Indonesia mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi. Sebab selain merupakan sumber devisa negara, dan juga merupakan tempat tersedianya lapangan kerja dan sumber penghasilan bagi para petani kakao, terutama di daerah - daerah sentral produksi. Indonesia merupakan daerah potensi yang baik untuk pengembangan kakao, tetapi hingga saat ini produksi kakao Indonesia hanya merupakan sebagian kecil dari produksi kakao dunia. PELITA V menjangkau luas lebih dari 400.000 hektar. Dengan perkembangan luas tersebut dapat diperhitungkan produksi kakao di Indonesia akan mencapai sekitar 250.000 ton diakhir tahun 1990 – 2000. Melihat prospek pemasaran kakao yang cerah dipasar dunia maka perlu dilakukan usaha - usaha untuk meningkatkan produksi kakao dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang banyak (Anonim,2008).
Dengan demikian untuk mendapatkan hasil akhir bibit kakao yang bermutu tinggi dan memenuhi standar nasional maupun internasional, maka perlu dilakukan langkah - langkah seperti pemilihan benih, perkecambahan, pembibitan dan pemeliharaan yang merupakan suatu mekanisme atau sistematis yang saling berhubungan agar pertumbuhan bibit kakao lebih baik.
Cara - cara pengecambahan dan pembibitan yang benar merupakan matarantai terutama agar memperoleh bibit yang berkualitas tinggi serta layak ditanam dilapangan. Keberhasilan dalam budidaya tanaman kakao di pembibitan, juga akan mempengaruhi keberhasilan pada tahap - tahap budidaya tanaman kakao berikutnya, serta dapat menimalisir kualitas hasil yang rendah sedini mungkin. Untuk menunjang program pemerintah dalam rangka peningkatan usaha produktifitas tanaman kakao yang tahan terhadap hama dan penyakit dimulai dari pembibitan, karena pembibitan merupakan usaha permulaan kearah keberhasilan tanaman. Pembibitan yang dikelola dengan baik diharapkan akan menghasilkan pertumbuhan bibit yang baik, sehat dan produksi yang tinggi.
Usaha untuk mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman selama dipembibitan, dapat dipergunakan pupuk lengkap cair, karena unsur hara tidak hanya diserap melalui akar tanaman saja tetapi juga dapat diserap melalui daun. Salah satu pengaruh yang sangat nyata kelebihan atau keuntungan dari pemupukan melalui daun yaitu penyerapan hara pupuk yang diberikan berjalan lebih cepat daripada diberikan lewat akar. Dengan demikian, adanya perbedaan macam pupuk lengkap cair dan mengombinasikan dengan interval waktu pemberian akan didapat hasil pertumbuhan bibit kakao yang baik.
B Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Macam dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Lengkap Cair terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L). Serta interaksi antara macam pupuk dengan interval pemberian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sifat Botani Tanaman Kakao
Tanaman kakao termasuk devisi Spermathophyta, sub devisi Angiospermae, kelas Dycotyledoneae, ordo Dycotyledoneae, famili Streculiaceae, genus Theobroma, spesies Theobroma cacao L (Anonymous, 2008). Dari genus Theobroma yang dikenal terdiri dari 22 spesies, tetapi hanya tiga spesies yang mempunyai arti ekonomi penting, yaitu criollo, forastero dan trinitario. Kakao adalah tanaman tahunan habitatnya di hutan tropis dengan naungan pohon - pohon yang tinggi. Tinggi tanaman kakao diperkirakan mencapai 1,8 – 3,0 meter pada umur 12 tahun mencapai 4,50 – 7,0 meter. Batang tanaman kakao bersifat demorfisme, artinya mempunyai dua jenis bentuk tunas vegetatif. Pada tanaman kakao dewasa sepanjang batang pokok tumbuh wiwilan atau tunas air (cupon) harus dihilangkan(Anonim,2008).
Tanaman kakao jenis Trinitario ini merupakan campuran atau hybrida dari jenis forastero secara alami, sehingga kakao jenis ini sangat heterogen. Kakao jenis ini menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa dan bulk kakao, buahnya berwarna merah atau hijau dan bentuknya bermacam - macam. Biji buahnya juga beraneka ragam dengan kotiledone berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah. Kakao jenis ini memiliki keunggulan atau kelebihan seperti : pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen sepanjang tahun, sebagian besar buahnya berwarna hijau, bentuk buah panjang, tahan terhadap penyakit VSD, aspek agronominya dapat dilakukan, fermentasinya hanya 6 hari. Tanaman kakao yang berasal dari biji memiliki akar tunggang yang tumbuh lurus ke bawah, pada tanaman kakao dewasa akar - akar menyebar 15 - 20 cm dibawah permukaan tanah. Pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sangat ditentukan oleh struktur tanah, terutama berkaitan dengan air dan udara dalam tanah (Sunanto,1992).
Percabangan pada tanaman kakao menunjukkan ciri yang spesifik, tanaman kakao yang berasal dari biji memiliki batang lurus, tetapi pada umur tanaman kakao sekitar 10 bulan, pada batang akan terbentuk 3 - 6 cabang kipas. Tanaman kakao mempunyai percabangan yang bersifat dimorphous (2 tipe percabangan) cabang vertical disebut orthotroph dan cabang horizontal disebut plagiotroph (Heddy, 1990). Percabangan tanaman kakao bersifat dimorphous, maka kedudukan daunnya juga bersifat dimorphous. Daun pertama mempunyai tangkai daun yang panjang simetris dan petiol pada ujungnya membengkok.
Daun pada cabang kipas, petiolnya lebih pendek dan kurang simetris, pembentukan daun pada cabang samping bersamaan dengan keluarnya pucuk - pucuk daun. Warna daun muda adalah tergantung dari tipe atau varietas kakao, yaitu berwana hijau pucat, hijau kemerah - merahan dan merah. Setelah dewasa daun - daun tersebut berubah menjadi hijau. Tanaman kakao yang berada dibawah naungan akan memiliki daun lebih lebar dan hijau daripada tanaman kakao yang terkena sinar matahari (Sunanto, 1992).
Tanaman kakao berbunga sepanjang tahun dan bertumbuh secara berkelompok pada bantalan bunga yang menempel pada batang tua, cabang dan ranting, pada masing - masing tangkai bunga tumbuh secara teratur. Bunga tanaman kakao mempunyai tipe seks yang hemaprodit yaitu setiap bunga memiliki benang sari dan putik (Heddy, 1990).
Buah kakao masih muda disebut cherelle, dan sampai 3 bulan disebut cherelle wilt, yaitu buah muda menjadi kering dan mengeras. Kehilangan buah terjadi karena adanya persaingan pengambilan atau penyerapan air dan hara antara buah muda, buah dewasa dan pertumbuhan vegetatif. Buah yang masak disebut pod atau tongkol, warnanya beraneka ragam dan ukurannya antara 10 - 30 cm (Anonim, 2008).
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
Tanaman kakao akan tumbuh dan berbuah banyak didaerah yang mempunyai ketinggian 1 - 700 meter dari permukaan laut, walaupun dapat juga tumbuh pada ketinggian 800 meter dari permukaan laut. Media yang digunakan dalam penanaman bibit kakao yang baik adalah, tanah yang gembur, banyak mengandung humus atau bahan organik, kadar hara tinggi dan mengandung cukup udara dan air (Anonim, 2008).
Tanaman kakao dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan berkisar 1700 - 3000 mm per tahun atau rata - rata optimumnya 15 mm per tahun yang distribusi merata sepanjang tahun. Tanaman kakao sangat peka terhadap kekeringan, oleh sebab itu, suhu terbaik untuk tanaman kakao adalah 24 0C - 28 0C dan kelembaban udaranya konstan relatif tinggi, yakni 80 %. Intensitas sinar matahari yang diterima sangat berpengaruh terhadap perrumbuhan dan kesuburan tanaman kakao. Angin yang kuat berpengaruh jelek terhadap tanaman kakao, jelek karena akan menyebabkan kerusakan mekanis, daun - daun gugur, pucuk - pucuk layu, dan penyerbukan gagal. Penanaman pohon pelindung untuk tanaman kakao dapat mengurangi kecepatan angin dan menjaga kelembapan kebun (Sunanto, 1992).
C. Efektifitas Penggunaan Pupuk Lengkap Cair Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
Menurut Sutejo, et al (1987), pupuk adalah bahan kimia yang diberikan dalam tanah baik, organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk menggantikan kehilangan unsur hara dari dalam tanah, dan juga bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik. Unsur hara yang diberikan merupakan tambahan bagi unsur hara yang lain, yang berada dalam tanah, sehingga jumlah keseluruhan yang tersedia bagi tanaman dalam perbandingan tepat dan pada waktu bersamaan ketersediaan unsur hara esensial maka keseimbangan kesuburan secara menyeluruh dapat menunjang pertumbuhan tanaman kakao yang normal (Soepardi, 1990).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao mulai dari perkecambahan sampai menghasilkan buah, membutuhkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan bibit kakao normal. Tidak tersedianya unsur hara bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, sehingga dapat menurunkan hasil. Usaha peningkatan produksi pertanian seperti pangan, hortikultura, perkebunan tidak terlepas dari peranan pupuk sebagai bahan penyubur. Peningkatan efisiensi penggunaan pupuk harus diperhatikan karena salah satu faktor yang membatasi produksi tanaman adalah unsur hara dan pupuk dapat dipergunakan untuk mencapai keseimbangan hara untuk keperluan pertumbuhan tanaman, sehingga akan dicapai hasil produksi yang optimal (Setyamdjaja, 1986).
Pengambilan unsur hara selama periode pertumbuhan tidak sama banyaknya, tergantung dari tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Ada waktu tertentu dimana pertumbuhan tanaman sangat cepat sehingga pertukaran zat berlangsung sangat efektif. Pada waktu tertentu tanaman akan banyak mengambil unsur hara, tingkat unsur hara yang diserap oleh tanaman tergantung pada keperluannya untuk berbagai proses fisiologis tanaman. Maka waktu pemupukan yang tepat dan berapa unsur hara yang dibutuhkan secara garis besar dapat diketahui waktu pemupukan tersebut tergantung kepada kebutuhan dan respon tanaman serta kelarutan macam atau jenis pupuk yang dipakai, selain itu faktor iklim juga menentukan (Agoes, 1994).
Menurut Muljana (2006) adapun hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pupuk lengkap cair yang diberikan melalui daun antara lain:
- Penyemprotan yang tepat yaitu pada pagi hari sekitar pukul 09.00
- dan sore hari pukul 16.00 sampai hari gelap, sebab pada saat - saat seperti ini stomata terbuka sempurna, sehingga pupuk mudah diuraikan atau terealisasi dalam proses fotosintesis tanaman.
- Dosis yang tepat pada saat penyemprotan.
- Waktu penyemprotan dipastikan tidak akan turun hujan, agar unsur
hara tidak hilang atau tercuci.
- Tidak dilakukan penyemprotan pada saat intensitas sinar matahari tinggi untuk menghindari kehilangan hara melalui penguapan. Pemupukan tanpa diikuti dengan dosis dan interval waktu pemberian yang tepat, sulit mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan alasan tersebut, dirasakan perlu adanya ketetapan antara dosis dan interval waktu pemberian pupuk yang baik. Kekurangan atau kelebihan unsur hara terhadap pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman untuk mencapai hasil yang baik.
D. Macam Pupuk Lengkap Cair (MPLC)
1. Pupuk Lengkap Cair POC NAZA
POC NASA adalah Formula khusus untuk tanaman juga peternakan dan perikanan yang dibuat murni dari bahan - bahan organik dengan fungsi multi guna yaitu: meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman serta kelestarian lingkungan (aspekK-3:Kuantitas-Kualitas-Kelestarian), menjadikan tanah yang keras berangsur - angsur menjadi gembur. Melarutkan sisa pupuk kimia ditanah (dapat dimanfaatkan tanaman), memberikan semua jenis unsur makro dan unsur mikro lengkap, dapat mengurangi penggunaan Urea, SP-36 dan KCl + 12,5% - 25%, setiap 1 liter POC NASA memiliki fungsi unsur hara mikro setara dengan 1 ton pupuk kandang, memacu pertunbuhan tanaman dan akar, merangsang pengumbian, pembungaan dan pembuahan serta mengurangi kerontokan bunga dan buah (mengandung hormon/ZPT Auksin, Giberllin dan Sitokinin), membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanaman (cacing tanah, Penicilium glaucum dll), meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit (Anonim, 2008).
Kegunaan daripada POC NAZA adalah sebagai mempercepat proses pertumbuhan tanaman, memacu dan meningkatkan pembungaan, pembuahan, mengurangi kerontokan bunga dan buah, membantu pertumbuhan tunas, membantu pertumbuhan akar, memacu pembesaran umbi serta meningkatkan keawetan hasil panen. Pemberian pupuk lengkap cair POC NAZA pada tanaman kakao dengan dosis 2 - 3 ml/ltr air perbibit disiramkan 1 - 2 minggu sekali.
Kadungan hara yang terdapat pada pupuk POC NASA adalah hara makro artinya besar (dibutuhkan dalam jumlah yang banyak) hara mikro artinya kecil (dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, tetapi wajib ada). Urea (N) kandungan Nitrogen, Pospat (P). SP36, Kalium (KCL) Kalsium, (dijumpai pada kapur pertanian/dolomit) Sulfur (belerang) magnesium Fe, Na, Br, Mg, Zn disebut unsur hara mikro.Unsur hara mikro ini terdapat pada pupuk organik. Pupuk organik yang selama ini dikenal petani adalah pupuk kandang dan pupuk kompos (Yudi,2008).
2. Pupuk Lengkap Cair Super BIOTA Plus
Kandungan hara yang terkandung dalam Super Biota Plus sama dengan kandungan hara yang terkandung pada pupuk POC NASA. Kegunaan Pupuk Lengkap Cair Super BIOTA Plus dapat mengurangi dan menghilangkan, buah kakao yang membatu sehingga bisa lebih mudah dibelah dan biji lebih berisi, dapat mengurangi gugur bunga dan buah yang masih kecil seperti belimbing, dapat menambah berat kakao yang sudah dipanen sehingga bisa lolos ekspor/tidak disortir lagi, dapat mempercepat pertumbuhan pada kakao yang masih kecil atau pembibitan, kakao yang sudah tua bisa produktif kembali dan kakao lebih sering berbunga atau bunga dan buah berkesinambungan sehingga bisa panen terus - menerus.
Pengunaan pupuk dasar (Urea, KCL, TSP) dikurangi 50% dari kebiasaan sebelumnya. Untuk memperoleh pertumbuhan tanaman dan hasil yang baik diperlukan suatu cara bercocok tanam dan sistem pemupukan yang tepat Pemberian pupuk lengkap cair Super BIOTA Plus pada tanaman kakao yaitu dosis 10 ml/bibit tanaman dicampur dengan 5 liter air. Penyemprotan dilakukan 4 kali berturut - turut dalam 1 bulan dengan jarak waktu 1 minggu setiap kali penyemprotan http://hutbun.cilacapkab.go.id/indek.php?q=detil&id=37).
3. Pupuk Kompos Cair (Liquid Compost Fertilizer).
Teknologi pupuk kompos cair telah digunakan para peminat usaha kompos (padat dan cair serta usaha pertanian pada umumnya diberbagai wilayah di Indonesia bahkan Malaysia dan Brunei (ASEAN). Dengan itu, terdapat banyak potensi sumber produksi kompos padat dan pupuk kompos cair (PLC). (http://keperluan-rumah-kebun.iklanmax.com/2009/02/07/pupuk-organik-cair-liquid-compost-fertilizer.html).
Pupuk kompos cair fertilizer, dalam aplikasinya cukup dicampur dengan air sebanyak 10 kali. Tata cara aplikasinya, semprotkan pada akar, batang dan daun. Sebagaimana diketahui, dalam jumlah terbatas, tanaman mengambil unsur hara atau nutrisi sebagai makanan melalui proses respirasi dari udara, melalui stomata daun, reaksi osmotik akar dan juga stomata batang. Pupuk Fertilizer mengandung unsur hara makro dan mikro. (NPK, MgSCa+Micro Element) yang sangat diperlukan semua tanaman dan malahan secara khusus mutlak diperlukan dalam implementasi pertanian organik.(Ananonim,2009). Dosis pupuk kompos cair (Liquid Compost Fertilizer) pada tanaman kakao adalah dosis 10 - 20 cc/bibit tanaman, disiramkan 1-2 minggu sekali.
Pupuk ini mengandung hara yang terdiri dari makro primer (NPK), makro sekunder (Mg, S, Ca) dan mikro esensial (Fe, Zn, Mo, B, Bo, Cl) maka, pupuk Fertilizer dikatagorikan sebagai pupuk majemuk lengkap. Pupuk fertilizer mengandung sedikitnya 12 unsur hara yang diperlukan tanaman (NPK-MgSCa+ mikro). Dengan mendasarkan pada kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman pelanggan, disampaikan hasil uji kesuburan lahan dari lembaga penelitian setempat ( kota terdekat kebun), PT CVSK dapat menyajikan dan merekomendasikan formula yang paling tepat bagi kondisi kesuburan lahan secara spesifik lokalita kebun pelanggan.
4. Interval Pemberian Pupuk
Tanaman kakao memerlukan pemupukan yang efektif sehingga pertumbuhan kakao dari pembibitan sampai menghasilkan produk dapat meningkat dan berkualitas tinggi. Maka dalam pemberian pupuk terhadap tanamman kakao perlu mengatur interval waktu pemberian pupuk, metode dan aplikasi yang baik.
Bedasarkan hasil penelitian dari Eva Riana Sari (1996) tentang konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk lengkap cair Green Tonic terhadap pertumbuhan kakao (Theobroma cacao L). menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan konsentrasi dan interval waktu 20 hari sekali terhadap semua parameter yang diamati.
E. Peranan Unsur Hara Bagi Pertumbuhan Tanaman
Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant nutrient). Tanaman membutuhkan bahan organik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya, dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan dengan oleh unsur lain dan apabila terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Berdasarkan tanaman hidup terdiri atas bahan organik 27 %, air 70% dan mineral 3%. Analisis kimia menunjukkan bahwa pada tubuh tanaman adanya berbagai unsur mineral dan beberapa faktor. Faktor tersebut adalah perbandingan akan unsur hara yang berbeda, ketersediaan dalam medium yang berbeda dan juga tergantung pada organ tanaman dan umur tanaman (Samekto, 2008).
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman adalah unsur mikro dan unsur makro yang terdiri dari 16 unsur hara. Unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman antara lain, Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan unsur hara mikro, Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo) dam Boron (B).
F. Hipotesis
Diduga pemberian pupuk POC NAZA dengan interval waktu 10 hari
sekali memberikan pertumbuhan bibit kakao yang baik.
III. BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu
Penelitian dimulai bulan Mei sampai bulan Agustus 2009. Dilaksanakan di lahan Percobaan Asrama Mahasiswa Papua “KAMASAN I” Yogyakarta, yang bertempat diKelurahan Muja - Muju, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta, terletak pada ketinggian 115 m dari permukaan laut, 19 0C – 27 0C. Jenis tanah yang digunakan adalah regosol, pH tanah 5,5 – 6,5 dan intensitas cahaya 50 – 60 %.
B. Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan untuk penelitian adalah meliputi penggaris, pensil, kertas, hand sprayer, timbangan, chetok, bambu, cangkul serta alat bantu pertanian lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi benih kakao, pupuk lengkap cair POC NAZA, Super BIOTA Plus dan Fertilizer, polybag dengan ukuran 20 X 30 cm dengan berat 0.08 g, media tanah, pasir dan kompos. Insektisida thiodan dan dithane.
C. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam kantong plastik (polybag), yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), merupakan percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga kali ulangan.
Adapun faktor I : Macam pupuk lengkap cair, terdiri dari 4 aras :
P0 : Tanpa pupuk lengkap cair
P1 : Pupuk lengkap cair POC NAZA dengan dosis 2 ml1 air-1
P2 : Pupuk lengkap cair Super BIOTA Plus dengan dosis 2 ml 5 1 air-1
P3 : Pupuk lengkap cair Fertilizer (Liquid compost fertilizer) dengan dosis 4
ml 5 1 air-1
Adapun faktor II : Interval waktu pemberian macam pupuk lengkap cair, terdiri atas 2 aras :
I1 : 10 hari sekali
I2 : 20 hari sekali
Setiap perlakuan terdiri dari 8 tanaman sehingga jumlah tanaman keseluruhan 8 x 7 x 3 = 168 tanaman. Dapat diperoleh 6 (enam) Kombinasi Perlakuan dan ditambah 1(satu) perlakuan tanpa Pupuk Lengkap Cair (P0).
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Benih Kakao
Benih yang digunakan adalah dari buah kakao yang berasal dari hasil benih yang benar - benar tua dan yang telah menjalani proses fermentase, merupakan kakao varietas trinitario. Benih kakao dikenal tidak memiliki masa dormansi. Benih yang digunakan sebagai bahan tanam dikeluarkan dari bagian tengah buah dan dihilangkan pulpnya sampai bersih.
2. Persiapan Media Perkecambahan
Media perkecambahan yang digunakan adalah karung goni. Karung goni diletakkan diatas batu bata, mempermudah drainase. Dibuat bedengan membujur utara - salatan, sebelum ditanam karung goni disiram atau direndam air sampai jenuh, setelah itu benih kakao dapat diletakan pada media karung goni.
3. Perkecambahan Benih Kakao
Benih diletakkan pada karung goni yang diletakkan diatas batu bata dengan jarak 2 x 3 cm yang tersusun rapi. Penyiraman dilakukan secukupnya pagi dan sore hari.
4. Persiapan Media Tanam dalam Polybag
Kegiatan ini dilakukan menjelang transplanting bibit dari tempat persemian . Media tanam dalam polybag yang berukuran 20 x 30 cm dan tebalnya 0,08 mm, pada bagian bawahnya diberi lubang secukupnya untuk pembuangan air. Polybag ini diisi campuran tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Setiap polybag diberi label, sesuai dengan perlakuan yang ada dalam tata letak penelitian. Polybag tersebut kemudian diletakkan dalam tempat yang telah ada naungannya.
5. Pemindahan Bibit
Metode transplanting untuk tanaman kakao yang disemai dibedengan pasir adalah dengan mencabut kecambah beserta tanahnya, untuk mencegah kerusakan akar yang besar. Bibit yang dipilih adalah bibit yang memiliki pertumbuhan yang seragam. Kegiatan transplanting dilakukan pada sore hari untuk mengurangi proses evaporasi yang berlebihan.
6. Saat Pemberian Macam Pupuk Lengkap Cair (MPLC)
Pemberian MPLC dilakukan sesuai dosis yang sama dan serentak. Waktu pemberian MPLC pada saat tanaman kakao berumur 30 hari setelah tanam. Interval pemberian macam pupuk lengkap cair disesuaikan dengan perlakuan.
7. Cara Pemberian Macam Pupuk Lengkap Cair
Pupuk lengkap cair yang digunakan adalah POC NAZA, Super BIOTA Plus dan Fertilzer dengan dosis, 2 ml1 air -1 POC NAZA, 2 cc 5 1 air -1 Super BIOTA Plus dan 4 ml 5 1 air -1, dengan cara penyemprotan pada bibit kakao secara merata menggunakan hands prayer. Waktu penyemprotan Super BIOTA Plus umur 10 hari dan 20 hari: 2 ml 1 air –1, fertilizer umur 10 hari dan 20 hari 4ml 5 1 air –1 dan POC NAZA diberikan satu kali yaitu pada umur 10 hari dan 20 hari sekali dengan dosis 2 ml 1 air –1.
8. Pemeliharaan
Adapun pemeliharaan tanaman kakao meliputi: penyiraman, pemupukan dan pencegahan hama penyakit. Waktu penyiraman dilakukan selama dua kali dalam sehari, yakni pagi dan sore hari.
E. Pengamatan
Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 40 hari dengan interval pengamatan 10 hari sekali. Pengamatan meliputi beberapa parameter antara lain:
1) Tinggi Tanaman
Diukur dari permukaan media tanam sampai bagian tanaman tertinggi, dengan satuan cm.
2) Jumlah Daun
Dihitung dari daun yang sudah tua dan daun yang masih muda.
3) Luas Daun
Diukur dengan menggunakan rumus (panjang x lebar) x Faktor Koreksi.
4) Panjang Akar
Diperoleh dengan mengukur panjang akar dari pangkal batang sampai ujung akar terpanjang.
5) Berat Basah Tanaman
Diukur dari berat seluruh tanaman saat tanaman masih segar, dengan satuan gram.
6) Berat Kering Tanaman
Ditimbang berat tanaman yang telah di oven kering dengan suhu 100 0C dengan waktu 48 jam atau 2 hari.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis sidik ragam pada jenjang kesalahan 5 % bila ada ada beda nyata antara perlakuan maka diuji jarak berganda Duncan : DMRT (Duncan, s Multiple Range Test ) pada jenjang kesalahan 5 %.
IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL
Pengamatan hasil dan analisis data pada parameter tinggi tanaman,
jumlah daun, luas daun, panjang akar, berat basah tanaman dan berat kering
tanaman.
A. Tinggi Tanaman
Pengaruh macam pupuk lengkap cair dan interval waktu 10 hari dan 20 hari sekali menunjukkan tidak terjadi interaksi. Rerata tinggi tanaman pada pertumbuhan bibit kakao dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Rerata tinggi tanaman pada umur 100 HST (cm)
Macam Pupuk Interval Waktu Rerata
10 hari ( I1 ) 20 hari ( I2 )
POC NASA (P1) 21, 333 17, 667 19, 500 a
Super Biota Plus (P2) 16, 667 15, 889 16, 278 b
Fertilizer (P3) 16, 667 17, 000 16, 833 b
Rerata 18, 222
p 16, 852
p 17, 537
(-) A
Kelompok/kontrol (P0)
10, 111 B
Keterangan : Angka rerata pada baris atau kolom yang diikuti oleh huruf
sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda
Duncan’s.
(-) : Tidak terjadi interaksi.
Tabel 1. menunjukkan bahwa interval waktu dan macam pupuk lengkap cair tidak terjadi interaksi pada parameter tinggi bibit kakao. Perlakuan interval waktu 10 hari sekali dan 20 hari sekali menunjukan tidak ada beda nyata pada tinggi bibit kakao. Perlakuan macam pupuk lengkap cair POC NAZA, menghasilkan tinggi bibit kakao lebih tinggi dari pada Super Biota Plus dan Fertilzer. Sedangkan perlakuan macam pupuk lengkap cair Super Biota plus dan Fertilizer menghasilkan tinggi bibit kakao sama atau tidak berbeda nyata pada parameter tinggi bibit kakao. Perlakuan rerata macam pupuk lengkap cair menghasilkan tinggi bibit kakao lebih tinggi dari pada perlakuan kelompok atau kontrol lebih rendah terhadap parameter tinggi bibit kakao.
B. Jumlah Daun Pada Umur 40 HST
Pengaruh macam pupuk lengkap cair dan interval waktu 10 hari dan 20 hari sekali menunjukkan terjadi interaksi. Rerata jumlah daun umur 40 hari pada pertumbuhan bibit kakao dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Rerata Jumlah Daun pada umur 40 HST.
Macam Pupuk Interval Waktu Rerata
10 hari ( I1 ) 20 hari ( I2 )
POC NASA (P1) 9, 333 a 8, 000 b 8,667
Super Biota Plus (P2) 6, 333 d 6, 667 cd 6, 500
Fertilizer (P3) 6, 667cd 7, 667 cb 7, 167
Rerata 7, 444
7, 444
5, 667
(+) B
Kelompok/kontrol (P0) 7, 444 A
Keterangan : Angka rerata yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak ada
beda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan’s.
(+) : Terjadi interaksi.
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan interval waktu tidak ada beda nyata. Perlakuan macam pupuk lengkap cair POC NASA, dengan interval 10 hari sekali, menghasilkan jumlah daun pada umur 40 HST lebih banyak dari pada perlakuan POC NASA dengan interval waktu 20 hari sekali memberikan jumlah daun umur 40 hari lebih rendah. Perlakuan macam pupuk Super Biota Plus dengan interval 10 hari sekali menghasilkan jumlah daun umur 40 HST sama atau tidak beda nyata dengan perlakuan macam pupuk POC NASA. Pelakuan mcam pupuk Ferilizer dengan interval waktu 10 hari sekali menghasilkan jumlah daun umur 40 HST sama atau tidak beda nyata terhadap perlakuan macam pupuk Fertilizer dengan interval waktu 20 hari sekali.
Sedangkan perlakuan Interval waktu 10 hari sekali dengan perlakuan macam pupuk POC NAZA, memberikan hasil jumlah daun lebih banyak pada jumlah daun umur 40 HST dari pada perlakuan mcam pupuk Super Biota Plus dan Fertilize dengan interval waktu 10 hari sekali Sedangkan pada pupuk Super Biota Plus dan Fertilizer memberikan hasil jumlah daun tidak ada beda nyata.
perlakuan interval waktu 20 hari sekali dengan perlakuan macam pupuk POC NAZA memberikan hasil jumlah daun lebih banyak daripada perlakuan interval waktu 20 hari sekali dengan perlakuan pupuk Super Biota Plus maupun Fertilizer. Super Biota Plus dan Fertilizer dengan interval waktu 20 hari sekali menghasilkan jumlah daun pada umur 40 HST tidak ada beda nyata. Pada perlakuan rerata macam pupuk memberikan hasil jumlah daun umur 40 HST lebih rendah dari pada perlakuan kelompok atau kontrol.
C. Jumlah daun Umur 100 HST
Pengaruh macam pupuk pelengkap cair dan interval 10 hari dan 20 hari sekali menunjukkan tidak terjadi interaksi. Rerata tinggi tanaman pada pertumbuhan bibit kakao dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Rerata jumlah daun pada umur 100 HST.
Macam Pupuk Interval Waktu Rerata
10 hari( I1) 20 hari (I2)
POC NASA (P1) 18, 000 17, 333 17, 667 a
Super Biota Plus (P2) 14, 333 13, 889 14, 111 b
Fertilizer (P3) 13, 667 13, 889 14, 167 b
Rerata 15, 333
P 15, 296
p 15, 314
(-) A
Kelompok/kontrol (P0) 11, 111 B
Keterangan : Angka rerata pada baris atau kolom yang diikuti oleh huruf
Samatidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda
Duncan’s
(-) : Tidak terjadi interaksi
Tabel 3. Menunjukkan bahwa interval waktu dan macam pupuk lengkap cair tidak terjadi interaksi pada parameter jumlah daun umur 100 HST. Perlakuan interval waktu 10 hari sekali dan 20 hari sekali memberikan hasil tidak ada beda nyata pada jumlah daun umur 100 HST. Perlakuan macam pupuk lengkap cair POC NAZA, menghasilkan jumlah daun lebih banyak pada jumlah daun umur 100 HST daripada perlakuan Super Biota Plus dan Fertilizer. Perlakuan macam pupuk Super Biota Plus dan macam pupuk Fertilizer. menghasilkan jumlah daun umur 100 HST tidak ada beda nyata atau sama. Perlakuan macam pupuk memberikan hasil jumlah daun umur 100 HST lebih banyak daripada perlakuan kelompok atau kontrol.
D. Panjang Akar
Pengaruh macam pupuk lengkap cair dan perlakuan interval 10 hari dan 20 hari sekali menunjukkan tidak terjadi interaksi. Rerata panjang akar pada pertumbuhan bibit kakao dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Rerata Panjang Akar pada umur 100 HST(cm2)
Macam Pupuk Interval Waktu Rerata
10 hari( I1) 20 hari (I2)
POC NASA (P1) 21, 000 20, 667 20, 833 a
Super Biota Plus (P2) 18, 667 20, 333 19, 500 a
Fertilizer (P3) 17, 000 18, 000 17, 500 a
Rerata 19, 667
p 18, 889
p 19, 277
(-) A
Kelompok/kontrol (P0) 16, 333 A
Keterangan : Angka rerata pada baris atau kolom yang diikuti oleh huruf sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan’s
(-) : Tidak terjadi interaksi
Tabel 4. menunjukkan bahwa perlakuan interval waktu dan macam pupuk lengkap cair tidak terjadi interaksi pada parameter panjang akar. Perlakuan interval 10 hari sekali dan 20 hari sekali memberikan hasil tidak ada beda nyata terhadap panjang akar. Perlakuan macam pupuk lengkap cair POC NAZA, Super Biota Plus dan Fertilzer memberikan hasil sama atau tidak ada beda nyata pada panjang akar. Perlakuan rerata macam pupuk memberikan hasil tidak ada beda nyata pada parameter panjang akar daripada perlakuan kelompok atau kontrol.
E. Luas daun
Pengaruh macam pupuk lengkap cair dan perlakuan interval 10 hari dan 20 hari sekali menunjukkan tidak terjadi interaksi. Rerata luas daun pada pertumbuhan bibit kakao, dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5. Rerata Luas Daun pada umur 100 HST(cm2)
Macam Pupuk Interval Waktu Rerata
10 hari( I1) 20 hari (I2)
POC NASA (P1) 145, 47 153, 40 149, 43 a
Super Biota Plus (P2) 163, 87 136, 87 150, 37 a
Fertilizer (P3) 125, 33 120, 70 123, 02 b
Rerata 144, 89
p 136, 99
p 140, 93
(-) A
Kelompok/kontrol (P0) 25.00 B
Keterangan : Angka rerata pada baris atau kolom yang diikuti huruf sama tidak
berbada nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan’s.
(-) : Tidak terjadi interaksi
Tabel 5. menunjukkan bahwa perlakuan interval waktu dan macam pupuk lengkap cair tidak terjadi interaksi pada parameter luas daun. Perlakuan interval waktu 10 hari sekali dan 20 hari sekali memberikan hasil tidak beda nyata pada luas daun. Perlakuan macam pupuk lengkap cair POC NAZA, dan Super Biota Plus memberikan hasil luas daun lebih daripada perlakuan macam pupuk Fertilzer. Perlakuan rerata macam pupuk memberikan hasil lebih luas pada parameter luas daun daripada perlakuan kelompok atau kontrol.
F. Berat basah tanaman
Pengaruh macam pupuk lengkap cair dan perlakuan interval 10 hari dan 20 hari sekali menunjukkan tidak terjadi interaksi. Rerata berat basah tanaman pada pertumbuhan bibit kakao, dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6. Rerata berat basah tanaman pada umur 100 HST (g).
Macam Pupuk Interval Waktu Rerata
10 hari( I1) 20 hari (I2)
POC NASA (P1) 8, 354 5, 497 6, 926 a
Super Biota Plus (P2) 7, 831 6, 874 7, 535 a
Fertilizer (P3) 8, 139 9, 100 8, 619 a
Rerata 8, 108
p 7, 157
p 7, 632
(-) A
Kelompok/kontrol (P0) 6, 124 A
Keterangan : Angka rerata pada baris atau kolom yang diikuti oleh huruf
sama tidak berbada nyata pada taraf 5% uji jarak berganda
Duncan’s.
(-) : Tidak terjadi interaksi.
Tabel 6. menunjukkan bahwa perlakuan interval waktu dan macam pupuk lengkap cair tidak terjadi interaksi pada parameter berat basah tanaman. Perlakuan interval 10 hari sekali dan 20 hari sekali memberikan hasil tidak ada beda nyata terhadap berat basah tanaman. Perlakuan. macam pupuk lengkap cair POC NAZA, Super Biota Plus dan Fertilzer memberikan hasil sama atau tidak ada beda nyata pada berat basah tanaman. Perlakuan rerata macam pupuk memberikan hasil tidak ada beda nyata pada parameter berat basah tanaman daripada perlakuan kelompok atau kontrol.
G. Berat Kering Tanaman
Pengaruh macam pupuk lengkap cair dan perlakuan interval 10 hari dan 20 hari sekali menunjukkan tidak terjadi interaksi. Rerata berat kering tanaman pada pertumbuhan bibit kakao, dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 7. Rerata Berat kering tanaman pada umur 100 HST(g).
Macam Pupuk Interval Waktu Rerata
10 hari( I1) 20 hari (I2)
POC NASA (P1) 4, 217 3, 650 3, 933 a
Super Biota Plus (P2) 4, 531 3, 873 4, 202 a
Fertilizer (P3) 4, 120 4, 960 4, 540 a
Rerata 4, 289
P 4, 161
P 4, 225
(-) A
Kelompok/kontrol (P0) 2, 087 B
Keterangan : Angka rerata pada baris atau kolom yang diikuti oleh huruf
sama tidak berbada nyata pada taraf 5% uji jarak berganda
Duncan’s.
(-) : Tidak terjadi interaksi
Tabel 7. menunjukkan bahwa perlakuan interval waktu dan macam pupuk lengkap cair tidak terjadi interaksi pada parameter berat kering tanaman kakao. Perlakuan interval waktu 10 hari seklai dan 20 hari sekali memberikan hasil tidak ada beda nyata. Perlakuan macam pupuk lengkap cair POC NAZA, Super Biota Plus maupun menghasilkan berat kering tanaman saling tidak beda nyata. Perlakuan rerata macam pupuk memberikan hasil berat kering tanaman lebih tinggi dari pada perlakuan kelompok atau kontrol.
V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan interval waktu dan macam pupuk lengkap cair tidak terjadi interaksi terhadap pertumbuhan bibit kakao, perlakuan interval pemberian pupuk lengkap cair 10 hari dan 20 hari sekali menghasilkan pertumbuhan bibit kakao tidak berbeda nyata. Pertumbuhan yang diamati bibit kakao yang mendapat perlakuan pupuk lengkap cair menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik daripada kontrol atau tanpa perlakuan pupuk lengkap cair.
Pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, berat basah tanaman dan berat kering tanaman. Macam pupuk lengkap cair memberikan pengaruh berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan berat kering tanaman, sedangkan parameter panjang akar dan berat basah tanaman berbeda nyata.
Hal ini disebabkan unsur hara yang terkandung dalam pupuk lengkap cair mengandung unsur hara lengkap yaitu mikro dan makro. Sedangkan kontrol atau tanpa perlakuan pupuk lengkap cair tidak mengandung unsur hara yang komplit dan memadai sehingga pertumbuhan bibit lambat. Bibit kakao sangat memerlukan unsur untuk pertumbuhan dan perkembangan organ - organ vegetatif. Jika tanaman kekurangan unsur hara pertumbuhan tanaman akan terganggu.
Menurut Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa selama pertumbuhan dan perkembangan dari mulai berkecambah sampai menhasilkan buah atau bagian lain yang siap dipanen tanaman membutuhkan unsur hara, tidak tersedianya unsur hara bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhan terganggu. Selanjutnya Loveless (1991) menyatakan bahwa kekurangan unsur hara terhadap tanaman dapat mengakibatkan terhambatnya pembelahan dan perkembangan sel, sehingga dapat menghambat laju pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal tersebut disebabkan karena pada fase pertumbuhan bibit kakao atau tanaman kakao yang masih muda belum bisa menyerap dan mentransportasi unsur hara kebagian organ - organ tanaman yang membutuhkan secara maksimal.
Pada penelitian ini pupuk lengkap cair diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan sehingga unsur hara diserap sepenuhnya oleh organ daun. Pertumbuhan akar sangat ditentukan oleh media tanam, jika volume media tanam berukuran kecil atau digunakan dalam polybag akar tanaman tidak akan memberntuk akar yang panjang, sebaliknya jika tanaman ditanam pada tempat yang luas “Lahan” akar tanaman akan leluasa mencari hara dan air ke segala arah.
Pupuk lengkap cair POC NASA, Super Biota Plus dan Fertilizer memberikan pertumbuhan hasil bibit tanaman kakao lebih baik daripada kontrol. Hal ini dapat dilihat pada parameter berat kering (tabel 7). Ketiga macam pupuk lengkap cair yang diberikan memiliki unsur hara yang lengkap. Maka bibit tanaman kakao yang diberikan pupuk lengkap cair pertumbuhannya relatif sempurna.
Didalam suatu proses pertumbuhan kehadiran unsur - unsur hara tersebut mutlak diperlukan, sehingga dapat merangsang perpanjangan sel dimana fungsi hara tersebut dapat membantu sintesa protein dan akumulasi hasil fotosintesis yang diperoleh dari tanaman. Pada perlakuan tersebut diatas dapat digunakan untuk merangsang pembentukan dan perpanjangan organ – organ tanaman. Menurut Harjadi (1989) mengemukakan bahwa unsur hara yang tersedia bagi tanaman melalui proses fotosintesis menghasilkan karbohidrat yang kemudian diangkat ke bagian organ tanaman, hal ini akan merangsang pertumbuhan, perpanjangan dan pembesaran bagian vegetatif maupun generatif.
Pertumbuhan erat dikaitkan dengan tiga proses yang berlangsung pada tanaman yaitu pada pembelahan sel dan diferensiasi sel dari keduanya. Menurut Anonim (1994) ketiga proses pertumbuhan tersebut akan berjalan dengan cepat bila tersedia cukup karbohidrat, protein dan garam mineral. Bahan – bahan tersebut tersedia bagi tanaman melalui proses metabolisme.
Untuk itu pertumbuhan bibit kakao memerlukan keadaan lingkungan dan sumber cahaya yang cukup dan kebutuhan unsur hara harus selalu terpenuhi. Sebab keperluan ini sangat esensial bagi kelangsungan proses matabolisme, fotosintesis dan respirasi tumbuhan. Dan hampir setiap proses metabolisme tanaman dipengaruhi oleh pembebesaran sel dan akhirnya menentukan ukuran bagian tanaman.
Menurut Erwin (1987) mengemukakan bahwa kecepatan pengambilan unsur hara oleh daun akan berlangsung dalam waktu singkat dengan kenyataan bahwa pemberian pupuk melalui daerah perakaran lebih lambat dan bereaksi lebih lama serta adanya persaingan dalam penyerapan hara anatara tanaman dengan tanaman pengganggu atau jasad renik lainnya. Selain itu pemberian pupuk melalui daun akan memberikan zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman, dengan demikian akan merangsang penyerapan hara melalui akar tanaman. Oleh sebab itulah pemupukan yang lazim diberikan melalui daun. Pemupukan dilakukan secara tepat dan teratur pada bibit kakao akan memberikan hasil yang nyata serta menguntungkan apabila dibandingkan dengan tanpa pemupukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan bibit (Sudarsianto, 1994).
Perlakuan ketiga macam pupuk lengkap cair mengandung unsur hara yang komplit, seperti unsur mikro dan makro oleh sebab itu, pertumbuhan bibit kakao tidak berbeda nyata. Dibandingkan perlakuan tanpa pupuk atau kontrol yang hanya mengandung air.
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis statik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlakuan interval waktu dan macam pupuk lengkap cair tidak terjadi interaksi terhadap pertumbuhan parameter bibit tanaman kakao.
2. Perlakuan macam pupuk lengkap cair memberikan pertumbuhan bibit lebih baik daripada kontrol atau tanpa perlakuan pupuk lengkap cair.
3. Pupuk lengkap cair POC NASA, Super Biota maupun Fertilizer menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao tidak berbeda nyata.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga pupuk lengkap cair POC NAZA, Super Biota Plus maupun Fertilizer dapat digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kakao. Dan perlakuan interval waktu yang efektif adalah interval 20 hari sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes D,1986. Aneka Jenis Media dan Penggunaannya. Penebar Swadaya. Jakarta. 31 – 33 hlm.
Anonim,1994. Pengaruh komsentrasi Pupuk Daun Bayfolan dan Media
……..,2004, Pupuk cair dan Aplikasinya,
http:// keperluan-rumah-kebun.iklanmax.com
……..,2008. Panduan Lengkap Budidaya Kakao, PT. Agromedia.
……..,2008. Pupuk Organik dan Nutrisi,http://www.ri1organik.com
……...,2008. Pengaruh Pupuk Cair pada Budidaya Tanaman Kopi,
http;//(http://www.akademik.unsri.ac.id
Eva Riana Sari, 1996 Pengaruh konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk
lengkap cair Green Tonic terhadap pertumbuhan tanaman kakao
(Theobroma cacao L). Fakultas Pertanian, Universitas Muhamadiyah
Malang. Malang.
Heddy S, 1990. Budidaya Tanaan Cokelat, Penerbit Angkasa. Bandung, 207 hlm.
Lingga, 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Muljana W, 2006. Bercocok Tanam Coklat, CV. Aneka Ilmu. Semarang. Pustaka. Jakarta Selatan.
Samekto R, 2008. Pemupukan. PT. Citra Aji Parama Yogyakarta. Penerbit KANISIUS. Yogyakarta.
Setyamidjaja, 1986. Pupuk dan Pemupukan, CV. Simpex. Jakarta.
Soetejo, Mulyani dan Kartasapoetro, 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan, Bina Aksara. Jakarta. 177 hlm.
Sudarsianto, Aris W. 1994. Pemberian Pupuk Pelengkap Cair Supermes Pada
Kopi dan Kakao. Warta Puslit Kopi dan Kakao. No. 16:25-28 Hal.
Sunanto H, 1992. Budidaya Cokelat, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 149 hlm.
Winarso W, 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah, GAVA MEDIA. Yogyakarta.
Yudi, 2009. Budidaya Tanaman Karet, http;// hutbun .cilacapkab.go.id.
Sumber Dari Internet :
http://www.ri1organik.com/index.php?fuseaction=products.appguide/02.00/16/09
http://hutbun.cilacapkab.go.id/index.php?q=detil&id=37/2009/02/09
http://keperluan-rumah-kebun.iklanmax.com/2009/02/07/pupuk-organik-cair-liquid-compost-fertilizer.html
(http://www.akademik.unsri.ac.id/download/jurnal/judul%205:02/15/10/2009)
Lampiran
Lampiran 1
Tabel anova 1. Tinggi Tanaman pada umur 100 HST
SK DB JK KT F hit Pr>F
Perlakuan 6 198, 6455026 33, 1075838 8, 46 0,0005 S
Kelompok 1 141, 799826 141, 799826 36, 22 0,0001 S
Pupuk 2 35, 6049383 17, 8024691 4, 55 0,0301 S
Interval 1 8, 4506173 8, 4506173 2, 16 0,1639 NS
Pupuk* Interval 2 12, 791235 6, 3950617 1, 63 0,2304 NS
Eror 14 54.8148148 3.9153439
Total 20 253.4603148
Keterangan :
SK : Sumber Keragaman
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
F hit : Faktor hitung
Pr>F : Faktor Probility
S : Signifikan
NS : Non Signifikan
Lampiran 2
Tabel anova 2. Jumlah Daun Pada Umur 40 HST
SK DB JK KT F hit Pr>F
Perlakuan 6 27, 23809524 4, 53968254 10, 59 0, 0002 S
Kelompok 1 8, 12698413 8, 12698413 18, 98 0, 0007 S
Pupuk 2 14, 77777778 7, 38888889 17, 24 0, 0002 S
Interval 1 0, 00000000 0, 00000000 0, 00 1, 0000 NS
Pupuk* Interval 2 4, 33333333 2, 16666667 5, 06 0, 0223 S
Eror 14 6.00000000 0.42857143
Total 20 33.23809524
Keterangan :
SK : Sumber Keragaman
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
F hit : Faktor hitung
Pr>F : Faktor Probility
S : Signifikan
NS : Non Signifikan
Lampiran 3
Tabel anova 3. Jumlah Daun Pada Umur 100 HST
SK DB JK KT F hit Pr>F
Perlakuan 6 97, 69312169 16, 28218695 12, 12 0, 0001 S
Kelompok 1 45, 44003527 45, 44003527 33, 81 0, 0001 S
Pupuk 2 49, 79012346 24, 89506173 18, 52 0, 0001 S
Interval 1 0, 00617284 0, 00617284 0, 00 0, 9469 NS
Pupuk* Interval 2 2, 45679012 1, 22839506 0, 91 0, 4235 NS
Eror 14 18.81481481 1. 34391534
Total 20 116.50793651
Keterangan :
SK : Sumber Keragaman
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
F hit : Faktor hitung
Pr>F : Faktor Probility
S : Signifikan
NS : Non Signifikan
Lampiran 4
Tabel anova 4. Panjang Akar pada umur 100 HST
SK DB JK KT F hit Pr>F
Perlakuan 6 61, 90476190 10, 31746032 0, 69 0, 6599 NS
Kelompok 1 22, 29365079 22, 29365079 1, 50 0, 2415 NS
Pupuk 2 33, 77777778 16, 88888889 1, 13 0, 3499 NS
Interval 1 2, 72222222 2, 72222222 0, 18 0, 6756 NS
Pupuk* Interval 2 3, 11111111 1, 55555556 0, 10 0, 9016 NS
Eror 14 208.66666667 14. 9047619
Total 20 27057142857
Keterangan :
SK : Sumber Keragaman
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
F hit : Faktor hitung
Pr>F : Faktor Probility
S : Signifikan
NS : Non Signifikan
Lampiran 5
Tabel anova 5. Luas Daun pada umur 100 HST
SK DB JK KT F hit Pr>F
Perlakuan 6 38678, 27143 6446, 37857 18, 00 0, 0001 S
Kelompok 1 34564, 69532 34564, 69532 96, 50 0, 0001 S
Pupuk 2 2893, 46778 1446, 73389 4, 04 0, 0412 S
Interval 1 280, 84500 280, 84500 0, 78 0, 3908 NS
Pupuk* Interval 2 939, 26333 469, 63167 1, 31 0, 3006 NS
Eror 14 5014.52667 358.18048
Total 20 43692. 79810
Keterangan :
SK : Sumber Keragaman
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
F hit : Faktor hitung
Pr>F : Faktor Probility
S : Signifikan
NS : Non Signifikan
Lampiran 6
Tabel anova 6. Berat Basah Tanaman pada umur 100 HST
SK DB JK KT F hit Pr>F
Perlakuan 6 30, 16994709 5, 02832451 1, 53 0, 2394 NS
Kelompok 1 5, 84874215 5, 84874215 1, 78 0, 2035 NS
Pupuk 2 9, 31244568 4, 65622284 1, 42 O, 2753 NS
Interval 1 4, 07075556 4, 07075556 1, 24 0, 2845 NS
Pupuk* Interval 2 10, 95900370 5, 46900185 1, 66 0, 2248 NS
Eror 14 12.083607566 0.86311481
Total 20 27.14137566
Keterangan :
SK : Sumber Keragaman
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
F hit : Faktor hitung
Pr >F : Faktor Probility
S : Signifikan
NS : Non Signifikan
Lampiran 7
Tabel anova 7. Berat Kering Tanaman pada umur 100 HST
SK DB JK KT F hit Pr>F
Perlakuan 6 15, 05776825 2, 50962804 2, 91 0, 0468 S
Kelompok 1 11, 75981517 11, 75981517 13, 62 0, 0024 S
Pupuk 2 1, 10887901 0, 55443951 0, 64 0, 5409 NS
Interval 1 0, 07389877 0, 07389877 0, 09 0, 7741 NS
Pupuk* Interval 2 2, 11517565 1, 05758765 1, 23 0, 3233 NS
Eror 14 46. 01792593 3.28699471
Total 20 76.18787302
Keterangan :
SK : Sumber Keragaman
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
F hit : Faktor hitung
Pr >F : Faktor Probility
S : Signifikan
NS : Non Signifikan
Lampiran 8
Tata Letak Percobaan
P2 I2 (2)
P3 I2 (2)
P1 I1 (2)
P0 I2 (2)
P0 I1 (3)
P3 I1 (3)
P2 I1 (3)
P3 I2 (2)
P2 I2 (1)
P2 I2 (3)
P3 I1 (2)
P0 I1 (1)
P3 I1 (1)
P2 I1 (1)
P1 I1 (2)
P1 I1 (3)
P2 I1 (3)
P3 I2 (2)
Keterangan:
= Tanaman kakao di dalam polybag
= Tanaman sampel